BEROPINI #2 : Bahagia Gak Harus Dengan Punya Pacar

Januari 26, 2018



Oke. Mungkin hal pertama yang terlintas dipikiran kalian tentang postinganku kali ini itu sindiran buat pasangan yang dimabuk asmara di luar sana. Tapi tunggu, sebelum kalian ngehakimin aku yang enggak2, ada baiknya kamu baca dulu sampai akhir, hehe.

Oh ya, aku tegasin, di sini aku nggak akan menyinggung masalah hukum agama mengenai status pacaran karena menurutku aku pun belum se-suci itu buat ngebahasnya. Dan, bukan juga untuk menyebarkan persepsi bahwa pacaran itu salah dan menjadi jomblo itu benar. SAMA SEKALI ENGGAK. Aku cuma mau meyakinkan bahwa tolak ukur kebahagiaan tidak harus melulu soal pacaran.

Jika liat judulnya, sudah pasti kamu mengambil kesimpulan bahwa aku ini seorang jomblo. Memang benak kok, aku mengakui itu dari lubuk hati terdalam :p

Manusia emang pada dasarnya gak bisa hidup tanpa cinta. Tapi, manusia bisa hidup tanpa pacar! Cinta itu bisa hadir dari siapa saja, bisa dari teman, keluarga, bahkan tetangga sekalipun. Itulah sebabnya kita tidak bisa hidup tanpa cinta. Dan pacar, memang apa yang akan terjadi jika tak punya pacar?



Punya pacar mungkin akan memberi warna yang berbeda dikehidupan, akan ada suatu rasa yang disebut “bahagia”. Tetapi jangan lupa, pacar tidak selamanya akan membahagiakan!

Bagi kebanyakan orang, menjadi ‘jomblo’ berarti menjalin persahabatan dengan kesepian dan sendiri. Aku pun tidak mengelak, karena kadang merasakan hal itu.

But, hidup bukan semata-mata hanya tentang cinta dari pacar, kan?

Aku enggak menghakimi kamu jika kamu saat ini telah/pernah/sedang berpacaran. Toh, semua itu hak kamu.

Kadang, yang bikin aku kesel itu anggapan kalau jomblo itu nggak laku, menyedikan, bla bla bla. Bisa dari temen deket atau keluarga sendiri. Itu pengalaman pribadiku. Bahkan sering ibuku membanding-bandingkan aku dengan anak lainnya, “Si A aja udah gonta-ganti pacar, masa kamu engga pernah?” atau “Tau engga anaknya Bu C  yang masih SMP, dia aja bawa pacarnya maen ke rumah, kamu yang udah kuliah kalah!” Mungkin hal  itu merupakan bentuk perhatian dan kekhawatiran seorang ibu kepada anak putrinya. Namun, seringkali omongan itu menggiringku untuk mengakui bahwa menjadi jomblo itu  menyedihkan. Misalnya aja :

“Coba aja aku punya pacar, pasti ada yang ngajakin aku jalan.”
“Andai aku punya pacar, aku pasti punya temen chat buat ngobrol dan ada yang perhatiin aku.”
“Percuma ngekode terus, dia gak bakal peka sama aku.”

Come on guys, kalau pikiran kalian sehari-hari cuma tentang pacar, kapan kalian ini akan maju?

Seringkali ada beberapa temenku yang curhat tentang pacarnya yang menjengkelkan atau betapa kesalnya dia karena sikap pacarnya yang enggak sesuai sama keinginannya.

“Aku bête banget sama dia, dia tuh suka ngilang kalo aku lagi butuh, huh.”
“Dia possessive banget sama aku, masa dia marah-marah gak jelas cuma karna aku pergi bareng sama cowo, padahal itu buat ngerjain tugas.”
“Kayanya dia selingkuh deh, tadi aku liat di story nya ada cewe cantik.”
“Aku udah bosen sama dia, apa aku putus aja ya? Tapi aku ga enak, dia udah baik sama aku selama ini.”

Dari situ situ aku berpikir. Apakah dengan punya pacar sudah pasti aku terbebas dari kesedihan ?

Memang benar, dari segi psikologis ketika bersama orang yang kita sayangi atau cintai (konteksnya pacar ya) maka perasaan bahagia lebih mudah tercipta dibanding ketika kita masih sendiri. Tapi, jika memang belum ada yang bersedia menemani, kenapa tidak kita menciptakan kebahagiaan itu sendiri?

Tetapi seringkali aku liat, pacaran cuma buat mendapatkan status agar disegani dan ajang pamer semata. Bisa juga, pacaran hanya dijadikan untuk memanfaatkannya saja. Contohnya pacar hanya dijadiin abang gojek/gofood pribadi (?) buat teman antar jemput ke kampus, naktir makan sama minum, temen chat pas bosen, ngajakin jalan. Mereka mencoba mengesampingkan perasaan mereka yang pada akhirnya hanya membuat kedua belah pihak merasa sakit hati nantinya.



Daripada memaksakan diri buat pacaran, lebih baik kita menunggu sampai jodoh itu bertemu dengan kita. Yakinlah bahwa suatu saat, pada waktu, tempat, dan kondisi yang tepat dia akan menjemput kita. Dan untuk menunggu tersebut perbaikilah diri kalian terlebih dahulu dan nikmatilah banyak waktu untu diri sendiri, atau istilah kerennya Me Time.

Remaja sekarang ini seharusnya bisa merubah standarisasi kebahagiaan, bukan hanya tentang romansa picisan. Karena, masih banyak hal di luar sana yang belum kita ketahui dan masih perlu kita eksplorasi.

Lagipula, lebih baik menunggu sedikit lebih lama untuk cinta yang halal, bukan?

You Might Also Like

2 komentar

  1. Keren banget tulisan nya sangat menginspirasi dan juga memotivasi

    BalasHapus
  2. Serasa apa yang aku pikirkan udah tertulis rapi di sini. Kondisi penulis kayak aku banget 🤣

    BalasHapus

CATEGORIES

BRANDS

EMINA (2) GARNIER (1) HERBORIST (1) INEZ (1) MARINA (1) NIVEA (1) NOURISH (1) OLAY (1) PIXY (2) POND'S (1) SHOPEE (1) TONY MOLY (1) VASELINE (1) VIVA (1) WARDAH (2)